Selasa, 29 Mei 2012

Fudhail, An Extraordinary Boy From Batavia


Hi! I am Fudhail. I am real. You can follow my biography that has been written by my mom at "Fudhail, An Extraordinary Boy from Batavia. It is about my life since I was a child until now I am a Senior High School student. I am just a boy from Batavia, Indonesia but my mom has made me 'so international' through her book for me. 
Who said I cannot play "Lenong" as the 'Batavian Boy.' I have ever got the best talent achievements three times as a good "Lenong Bocah" player. Do you want to know more about my story? Don't be confused to buy my book. Here is  my book


If you are outside Indonesia, you can order through www.amazon.com (USA). If you are around Indonesia, you can order through www.bukabuku.com or order directly to the writer by using pre-order payment. You can contact the writer at 085813838279 or pin at 24A399E1

Kamis, 24 Mei 2012

Get This Book Soon At amazon.com

This is a novel about a metamorphosis of a shy boy to reach his future. It is not easy for him because he is just a shy boy where his friends always bullied him while he was an Elementary School. But finally he can't pass it and becomes a teenager who wants to show his own way. And then ..... order it soon in June at amazon.com

Jumat, 18 Mei 2012

Kisah Kehidupan Seorang Fudhail


Dengan rasa kepercayaan diri yang cukup tinggi dan modal nekad, ijinkanlah saya memperkenalkan diri saya. Namaku Fudhail Satria Perdana. Orang memanggilku “Satria.” Mungkin aku bukan siapa-siapa. Dengan bermodal nekad ingin terkenal, maka saya memberanikan diri menulis buku biografi ini, supaya anda juga tahu sebagai rakyat Indonesia, saya punya hak untuk mengungkapkan pendapat secara bebas. Bahkan untuk menulis perjalanan hidup saya sekalipun, saya bebas untuk bercerita. Dibaca syukur, tidak dibaca? Guling-guling, atau nyekar ke kuburan embah minta didoain? Tidak lah yaw! Aku masih normal. Kesabaranku masih cukup luar biasa. Maksudnya luar biasa panjangnya hingga tak berujung. Pokoknya di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara bebas mengemukakan pendapatnya baik lisan maupun tulisan. 
Eits! Tunggu dulu. Jangan tutup buku ini. Duduk dulu di sini. Lanjutkan baca buku ini atau anda akan menyesal seumur hidup tidak mengenal saya. Ceritanya begini, aku, Satria, anak kemaren sore yang lahir pas tanggal 28 Oktober 1995, tepat hari Sumpah Pemuda. Bayangkan, ketika orang-orang sudah bersiap-siap dengan baju ‘Pohon Beringin’ alias baju seragam KORPRI (Korps Pegawai Republik Indonesia) untuk mengikuti upacara bendera di pagi harinya sebagai pembuktian betapa jiwa nasionalisme yang tinggi dari para pegawai itu, sebaliknya mamaku harus berjuang keras untuk mengeluarkan aku yang tidak ke luar-luar juga dari perutnya sejak ketuban pecah di tanggal 27 Oktober pagi, tepatnya ketika mamaku, ‘mamah Linda’ sedang melakukan ritual kesehatannya sebagai seorang ibu hamil, yaitu melakukan jalan pagi. Kata dokter sih, biar persalinannya lancar dan tidak terlalu sulit.  
Sebenarnya sih, kelahiranku itu lebih cepat sebulan dari perkiraan dokter. Umur kandungan mamaku masih sekitar 8 bulanan. Kemudian dianjurkan oleh dokter di rumah sakit untuk melakukan senam hamil. Sebagai seorang ibu yang baru pertama kali hamil, tentu saja akan selalu menurut apa yang dikatakan dokter. Jangankan senam hamil, kalau disuruh jalan pagi pun setiap hari, pasti akan diikuti, walaupun mamaku tidak pernah mau berolah raga pagi ketika belum hamil. Begitulah orang tua, karena keinginan mereka yang terlalu besar untuk mendapatkan buah hatinya, apa pun diikuti. Mungkin kalau disuruh jalan pagi dari Jakarta sampai Bandung, pasti mama akan melakukannya juga. He…he.


Oh iya, Aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Aku tinggal di Jakarta Barat. Mungkin kalau di dunia, Jakarta ini bukanlah tempat yang begitu dikenal kalau belum kita sebutkan kata ‘Bali.’ Moga-moga dengan terbitnya buku kisah hidupku ini, kota Jakarta semakin terkenal, terutama walikota Jakarta Barat. Beliau pasti akan bangga dan berterima kasih sekali bahwa dalam masa jabatan beliau, berhasil membuat salah satu warganya berprestasi di tingkat dunia (Insha Allah), atau di tingkat Kelurahan juga boleh.
Kalau ada ‘bule’ (bukan isterinya pak Lek, loh) bertanya di mana Jakarta Barat, mungkin kita harus menunjukkan di mana letak Bali dulu. Kalau bingung, boleh tanya toko sebelah, tapi sekarang udah kebanyakan yang nanya toko sebelah, ya kita cari pelabuhan Gilimanuk saja, di Bali. Dari Denpasar, ibukota dari provinsi Bali, kita pergi menuju pelabuhan Gilimanuk, terus kalau di sana ada kapal Ferry, beli karcisnya dulu, lalu naik ke kapal itu. Tapi kalau kapalnya tidak ada, ya ditunggu dulu aja. Jangan berenang, yah. Jauh dan dalam air lautnya. Kecuali mau uji kesaktian dan mau menjadi orang terkenal, tapi saya sarankan  lebih baik anda ikut ‘Indonesian Idol’ aja supaya bisa terkenal, dari pada harus berenang dari pelabuhan Gilimanuk menyeberang ke pelabuhan laut Tanjung Perak.
Bila anda sudah sampai di Surabaya, tinggal naik bis menuju ‘Batavia’ atau ‘Jakarta.’ Mohon maaf pembaca, saya menunjukkan jalan dari Bali ke Jakarta dari sudut kaca mata seorang ekonom yang pelit, jadi saya tidak menyarankan anda naik pesawat. Buat apa? Hanya menunjukkan kota Jakarta saja, kita harus keliling Bali dahulu.  Sekarang semua serba sulit, jangan terlalu boros dengan sebentar-sebentar menggunakan pesawat, mentang-mentang dibayar oleh kantor dengan dalih tugas kedinasan. Janganlah semua serba ‘aji mumpung.’ Sadarlah uang siapa yang digunakan itu. Apalagi kalau seorang pegawai negeri, jelaslah semua menggunakan uang negara. Lebih baik kepergian yang jauh dengan hanya alasan studi perbandingan saja dikurangi, apalagi kalau ke luar negeri. Studi perbandingan bisa lewat televise atau berkonsultasi lewat media internet. Itu lebih hemat ketimbang menghamburkan uang negara untuk pergi jauh dengan alasan kedinasan. Kasihan rakyat, bapak dan ibu yang terhormat. Rakyat kita sudah cukup menderita, tapi mereka masih menyempatkan diri mengumpulkan sebagian penghasilan mereka yang sedikit untuk membayar pajak. Kalau sampai dihambur-hamburkan untuk alasan tugas kedinasan ke luar negeri, rasanya hati ini mau menangis.
Baiklah, mari kita kembali membicarakan soal tempat yang bernama ‘Jakarta’ yang dulu disebut ‘Betawi’ atau ‘Batavia.’  Seni pertunjukan daerah ini yang sangat khas adalah ‘Lenong.’  Lenong adalah drama komedi dari Betawi yang sangat menarik karena sering dibawakan secara langsung di depan umum sehingga kontak antara penonton dan pemain terjalin. Dibutuhkan kelucuan tingkat tinggi dari para pemainnya karena terkadang ada penonton yang sangat kritis dan mengkritik pemain apa adanya. Di sini pemain tidak boleh marah dan harus bisa memberikan tangkisan dari semua kritikan itu alias ‘ngeles’ bahasa Betawinya. Drama komedi ini bisa dimainkan sendiri berbentuk monolog atau lebih dari satu orang.
Lenong ini tidak hanya bisa dibawakan oleh orang dewasa, anak kecil yang sudah bisa bicara pun ada, namanya ‘Lenong Bocah.’ Bahkan ada juga jenis lenong yang dibawakan oleh anak yang masih ‘piyik’ sekali, yaitu ‘Lenong Piyik.’ Untuk ‘Lenong Bocah’ dan ‘Lenong Piyik’ ini, masyarakat Betawi boleh bangga dengan dedengkotnya yang bernama ‘Aditya Gumay.’ Dia sangat konsisten untuk memperjuangkan drama komedi yang satu ini dengan mengajak anak asuhannya yang tergabung dalam ‘Sanggar Ananda’ untuk memasyarakatkan ‘Lenong Bocah dan Lenong Piyik’ ini. Aku pernah menjadi juara akting lenong bocah sebanyak 3X

Minggu, 13 Mei 2012

My Balinese Dancer daughter


It is a story about my youngest child. Her name is Lifda but we always call her 'adek.' She is so sweet for us as her parents. Now she will be 14 years old at October 2012. I am in the second chapter in my writing process about her biography. Perhaps you think it is nothing special but for me, as her mother, it is so extraordinary biography. Since she was a baby, I used to train her to dance, before bringing her to a "Sanggar Tari" a place where she can practice her hobby to dance. But I always ask for her to study about the Indonesian traditional dances. We have many beautiful traditional dances. If we don't learn all, you will be an useless Indonesian citizen. If you want to know more, just wait for finishing my next novel about my daughter biography. I hope next month it will finish to be written. I will use Indonesian language, but if you are eager to know in English, just contact me at my email specialneedlearning@yahoo.com or specialneedlearning@gmail.com or pin me at 24A399E1.